Selasa, 25 Oktober 2011

Solar Langka, Sopir Ketar-Ketir Tak kebagian

*Macet Ngantri Panjang Sampai Ke Jalan Raya

Banyuasin, SN
Para sopir mobil yang mengantri takut tak kebagian solar, kekhawatiran tersebut terjadi dibeberpa tempat seperti di tiga SPBU masing-masing SPBU Rejodadi Kecamatan Sembawa, SPBU Pangkalan Balai, SPBU Sterio
Seperti dituturkan sopir mobil A Yani (45) merasa khawatir akibat antian panjang dan menyebalkan, karena disepanjang jalan hampir disetiap SPBU ngantri, “Saya kesal karena saya kira di SPBU Sembawa yang ngantri, akhirnya saya pilih di SPBU Pangkalan Balai, ternyata ngantri dan terkhir saya nyerah mas ikut ngantri disini,” kata Yani saat diwawancarai Senin (24/10) di SPBU AR Kritis.
Dikatakan A Yani, saat ini beli solar saja seperti membagi BLT, sangat menyedihkan, mau beli ini bukan mau dijatah raskin atau BLT.
Sementara Ka Operaator SPBU AR Kritis Sulaiyana mengatakan, terjadinya antrean panjang sudah sejak seminggu ini, biasanya kalau lagi normal tidak sampaike jalan raya namun beberapa hari ini mulai terlihat dijalan raya.
Sulaiyana mengatakan, padatnya antrean disebabkan oleh semua SPBU yang ada di Jalintim sedang kehabisan solar, biasanya kalau yang lain habis menyebabkan penumpukan di beberapa SPBU yang masih buka.
“Jatah kita dari pertamina hanya 16 ribu liter untuk premium dan 16 ribu liter solar jatah sehari, namun dalam kondisi ngantri seperti ini dalam 4 jam-5 jam pasti habis, dan terpaksa kami tutup sementara sampai suplay datang lagi,” kata Sulaiyana.
Dikatakan Sulaiyana, pihak SPBU menyedialakn lahan parkir bagi kendaraan roda empat yang tak kebagian solar untuk menunggu sampai besok pagi kalau mereka mau menunggu. (sir)

Keberadaan Kebun Kopi Mulai Terancam

Muara Enim,SN
Keberadaan areal perkebunan kopi di Kabupaten Muara Enim lambat laun mulai menurun. Mengingat, sebagian petani telah beralih ketanaman karet sebab, komoditi tersebut dinilai lebih menjanjikan dan dapat dipanen sewaktu-waktu, dibandingkan kopi yang hanya dipanen tahunan.

Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Muara Enim Mariana melalui staf Pengelolaan Data Statistik Perkebunan Rizal Arika Jakpar, menjelaskan, kawasan utama peruntukan kebun kopi berada di tiga kecamatan, Semende Darat Laut (SDL), Semende Darat Tengah (SDT) dan Semende Darat Ulu (SDU).

Namun, daerah lain seperti Kecamatan Tanjung Agung dan kecamatan lain, ada juga kebun kopi, hanya saja produksinya tak setinggi tiga kecamatan tersebut. Namun, dia tak menapik, sebagian petani mulai beralih ke karet mengingat, tanaman tersebut lebih menjanjikan.
Diakuinya, berkurangnya jumlah perkebunan kopi secara praktis turut membuat produktivitas berkurang. Padahal, kopi merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Muara Enim. Namun demikian, pemerintah tidak bisa menghalangi pilihan petani terhadap komoditas yang akan di kembangkannya.

“Ya, memang sekarang ini, animo masyarakat terhadap tanaman karet cukup tinggi. Kemudahan dalam menjual dan harga yang cukup stabil adalah alasan utama dalam mempengaruhi minta petani terhadap tanaman karet,” ucap Rizal.

Rizal menguraikan, hingga semester II tahun 2010 tercatat luas areal kebun kopi di kecamatan SDL mencapai 10.359 hektar. Terdiri dari 1.347 tanaman belum menghasilkan (TBM), 8.541 tanaman menghasilkan TM dan 498 tanaman rusak (TR)/tanaman tidak menghasilkan (TTM).
Dimana dari jumlah ini total produktivitas sebanyak 11.068 ton dan jumlah petani 5327 orang. Untuk Kecamatan SDT luas areal 2.543 hektar.

Terdiri dari 331 TBM, 2090 TM dan 122 TR/TTM. Dalam hal ini jumlah produksi sebanyak 2.717 dari 1932 petani. Dan, untuk SDU luas kebun sekitar 2.589 hektar dengan 337 TBM, 2.140 TM dan 112 TR/TTM. Untuk tingkat produktivitas sebanyak 2.780 dengan 1436 petani.
Sedangkan untuk total produksi kopi di Kabupaten Muara Enim secara keseluruhan mencapai 25.125 dengan jumlah petani sebanyak 15.229 orang.

“Secara estiminasi setiap 1 hektar kebun kopi ini, mampu menghasilkan sekitar 1.3 ton beras kopi (biji kopi),” terang Rizal. Namun, kata Rizal, keberadaan kebun kopi, khususnya di wilayah
peruntukan ini secara perlahan mulai terancam. Sebab, setiap tahun areal perkebunan karet milik rakyat terus bertambah. Terlihat, pada 2009 luas kebun karet di wilayah SDL 469 hektar meningkat signifikan menjadi 864 hektar. Begitu juga jumlah produksi naik menjadi 1.581 ton dari sebelumnya yang hanya 864 ton. Begitupula di wilayah lain seperti Tanjung Agung
luas kebun karet meningkat dari 10.475 hektar menjadi 10.675 hektar.

“Selain itu, para petani juga melakukan diversifikasi (penganekaragaaman) kebun kopi dengan tanaman kakau (coklat),” papar Rizal.

Ditambahkan, Kepala Sub Bidang (Kasubag) Perencanaan Perkebunan Herman menambahkan untuk meningkatkan minat petani terhadap kopi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Misalnya dengan memberikan bantuan sarana seperti mesin giling kopi, gudang penyimpanan ataupun bibit.

“Untuk tahun ini, kita telah memberikan bantuan satu unit mesin giling kopi dan gudang bagi petani kopi di SDL. Direncanakan pada tahun depan kita akan memberikan bantuan bibit,” ungkap Herman. Terpisah, petani karet, di Muara Enim Andi, (37), dirinya lebih
memilih tanaman karet, ketimbang kopi, karena harga jualnya yang lebih tinggi. Tak hanya itu, dari segi produktivitas, tanaman karet juga di nilai lebih unggul karena dapat di sadap setiap hari.

“Saya menyadap karet setiap hari. Hasil getahnya saya kumpulkan di pinggir jalan. Biasanya, pembeli yang akan datang lansung ke tempat saya pakai truk” ucap petani karet tersebut. (yud)

Dukung SEAG, Pemerintah Lunasi Ganti Rugi Pelebaran Jalan

Palembang, SN
Guna mendukung suksesnya pelaksanaan SEA Games November mendatang Pemerintah menilai perlunya pelebaran akses jalan Kol H Burlian yang berimbas banyak lahan warga yang direlokasi.
Untuk itu Pemerintah Provinsi melalui Pemerintah Kota memberikan ganti rugi lahan warga yang berada di kawasan tersebut sebesar Rp 2.050.000 permeternya. Pencairan tahap IV ini dilakukan di Balai Kecamatan Sukarame, kemarin.

Kepala Bagian (Kabag) Agraria dan Perbatasan Daerah Kota Palembang HM Sunarto mengatakan, untuk tahap IV ini pembayaran ganti rugi merupakan tahapan yang terakhir. Sebanyak delapan warga diundang dan mendukung pelaksanaannya.

“ Ganti rugi ini adalah tahap terakhir, maka kami nyatakan sudah tuntas semua karena delapan warga ini memang sisa dari mereka yang belum hadir di tahap sebelumnya,” jelas Sunarto.
Sunarto mengatakan, semua warga yang terkena proyek pelebaran jalan sudah menyetujui dan mendukung pelaksanaan kegiatan itu. Menurutnya, masyarakat tidak menghalangi pembangunan tersebut karena ini untuk kepentingan bersama.
“Kami berterima kasih kepada warga yang sudah turut berperan dalam program ini. Karena ini memang sudah kewajiban pemerintah,” ujarnya.
Adapun dana yang digunakan berasal dari Pu Bina Marga melalui anggaran APBD Provinsi yang mencapai Rp 4 M berdasarkan aturan dan ketetapan Gubernur Sumsel. “ Ganti rugi sendiri berdasarkan bangunan, rumah, atau pagar yang besaran dihitung sama yakni Rp 2.050.000 permeternya,” ungkapnya.
Pihak Pemkot Palembang sendiri hanya memfasilitasi pendataan warga yang terkena ganti rugi sedangkan pembayaran dilakukan oleh Pemprov Sumsel melalui PU Bina Marga. Menurutnya, pencairan baru bisa dilaksanakan sekarang karena dana dari Pemprov memang baru keluar kemarin. Untuk syarat-syarat yang harus dilengkapi warga antara lain sertifikat tanah dari notaris, atau non sertifikat, KTP, PBB.

“Ganti rugi baru bisa dibayarkan apabila seluruh syarat administrasi sudah lengkap,” jelas Sunarto.

Sunarto menambahkan, pemberian dana ganti rugi ini berupa cek yang dapat dicairkan melalui Bank SumselBabel di manapun berada. Untuk, dia mengharapkan kepada warga yang sudah menerima cek dapat segera mencairkannya.

"Karena cek tersebut ada tengat waktunya, dan jangan sampai seperti pembayaran tahap kedua kemarin masih banyak warga yang belum mencairkan dana tersebut,” terangnya.
Salah satu penerima ganti rugi lahan, Megawati (61), warga Jalan Talang Ratu mengaku, bersedia melepas bangunan rumah toko (ruko) miliknya karena nilai ganti ruginya memadai dan dia siap mendukung program Pemerintah.

“Luas tanah saya yang dibebaskan hanya seluas 2 meter persegi. Jadi, harga ganti rugi yang didapat totalnya Rp 4 juta-an. Saya sudah relakan, memang dari dulu saya tahu, bahwa jalan itu akan dilebarkan. Saya menurut saja program pemerintah,” katanya.(win)

Press

My Slideshow: Ferdinand’s trip to Palembang, Sumatra, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Palembang slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.