Jumat, 02 Desember 2011

Mutu Air Sungai Lematang Menurun


Muara Enim, SN

Tingginya debit air sungai Lematang Muara Enim membuat warna air berubah menjadi coklat pekat, bahkan tumpukan sampah hanyut dibantaran sungai. Hal ini mengindikasikan jika baku mutu air sungai menurun serta berpotensi bibit penyakit jika dikonsumsi masyarakat.
Warga yang tinggal di pinggiran sungai, terpaksa mengurangi
aktivitasnya, seperti mandi, mencuci pakaian, bahkan mengkonsumsi air tersebut untuk memasak atau sebagai air minum.
Sebab, tingginya curah hujan sejak berapa hari terakhir,
mengakibatkan air sungai menjadi pasang.Kemudian, air sungai menjadi keruh. Belum lagi, banyaknya sampah yang hanyut dibantaran sungai.
Sebagaimana dikemukakan, warga di sekitar bantaran sungai Lematang, Awaludin (43), sejak diguyur hujan malam sebelumnya, debit air sungai Lematang menjadi pasang. Akibanya, arus sungai ikut membawa tumpukan sampah dan limbah dari hulu ke hilir.
“Jadi, kami was-was, untuk mandi dan mencuci,terlebih lagi, digunakan untuk memasak atau sebagai air minum,” jelas Awaludin, Kamis (1/12).
Sama halnya, warga lainnya, Astuti (50), kendati sudah terbiasa engan kondisi air pasang semacam ini, namun dirinya tetap merasa kesulitan.
Terlebih bila air ikut keruh. Sebab, pakaian yang ia cuci di sungai biasanya akan terlihat lebih kusam. Selain itu, setiap selesai mandi badan juga terasa lebih lengket. Belum lagi, sampah yang ikut arus sangat banyak sehingga sungai terlihat sangat kotor.
“Ya, memang, untuk minum, kami sekeluarga tidak pakai air sungai, tapi pakai air sumur atau isi ulang. Tapi kalau mencuci dan mandi biasanya di sungai. Tapi kalau sekarang kondisi air sedang tidak bagus, sampah menumpuk dan airnya juga lengket,” papar Astuti.
Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Kerusakan dan Pemeliharaan Lingkungan pada Badan Lingkungan Hidup (LBH) Kabupaten Muara Enim Eddy Irson kepada wartawan, Kamis (1/12) menjelaskan, penguapan air sungai terjadi akibat hujan yang turun di bagian hulu dan hilir sungai.
Mengakibatkan, debit arus sungai menjadi meningkat dan arus air menjadi lambat dan menguap. Begitupula dengan tumpukan sampah yang mengalir selama musim pasang ini. Sementara, sedimen dan butir-butir tanah yang ada di sekitar sungai ikut terkisis oleh curah hujan dan air, sehingga membuat warna air menjadi keruh.
Faktor itu lah kata Eddy, yang menyebabkan air sungai menjadi keruh.
Terlebih kebiasaan masyarakat sekitar yang masih membuang sampah di sungai tentunya sangat berpengaruh dengan tingkat penguapan dan pencemaran air sungai. Baik berupa limbah rumah tangga ataupun industri.
Masih dikatakan Eddy, secara berkala tim labolatorium BLH Muara Enim terus melakukan pengujian terhadap baku mutu air sungai Lematang.
Dimana, hingga akhir November ini, hasil analisa menunjukan Total Suspended Solid (TSS) atau tingkat kekeruhaan air sungai ini menurun tajam dari batas normal. Yakni antara 104 mg/liter -200 mg/liter dari yang seharusnya 50 mg/liter. Analisa ini di lakukan pada tiga titik yakni Intake PDAM Jembatan Enim II, Hulu PLTU dan Hilir PLTU.
Besaran angka baku mutu ini tergantung titik-titiknya. Umumnya, uji baku mutu akan menunjukan hasil yang lebih baik di bagian hulu sungai. Sebaliknya untuk hilir kualitas air cenderung lebih buruk.
“Sedangkan kadar minyak dan lemak, berada pada kisaran 0,008 hingga I,900 mg/liter dari batas normal 1. Untuk besi berada pada angka 0,380 dari ambang batas 0,3. Sedangkan, untuk ammonia, mangan dan lain-lain masih tergolong aman,”terangnya.
Lalu, untuk kadar minyak dan lemak justru akan mengalami penurunan saat debit air meningkat. Sebaliknya, pada musim kemarau kandungan ini akan jauh lebih tinggi. Menurutnya, sungai Lematang mengalir dalam batas lintas Kabupaten. Sehingga, pengelolaanya berada pada pihak provinsi.
Sebelumnya, berdasarkan SK Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16/2005 sungai Lematang berada pada kelas I. Namun, dilapangan kondisi ini dapat saja mengalami perubahan sewaktu-waktu.
“Kalau saat ini, mungkin kondisi air sungai Lematang sedang turun tajam. Dan, di perkirakan berada diantara kelas II dan III,” ucap dia.
Dihimbaunya kepada masyarakat untuk dapat membatasi konsumsi air sungai. Misalnya, hanya sebatas mandi dan mencuci saja, tidak untuk digunakan untuk memasak atau diminum.
“Sebab, dikhawatirkan kondisi air yang buruk akan mengandung bibit penyakit dan zat-zat berbahaya lainnya yang ikut hanyut terbawa arus,” pungkasnya. (yud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Press

My Slideshow: Ferdinand’s trip to Palembang, Sumatra, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Palembang slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.