Jumat, 04 November 2011

Koalisi atau Poros Tengah Sama Saja, Tak Ada Gunanya


Oleh Agus Harizal Alwie Tjikmat

BANYAK cara yang dilakukan kelompok partai untuk menggalang kekuatan. Tak menjadi pemenang Pemilu atau tak dominan di parlemen, bukan halangan untuk menjadi pengambil keputusan.
Hal yang sangat lazim atau biasa dilakukan adalah dengan berkoalisi. Atau di sistem parlemen Indonesia yang disebut dengan istilah 'Poros'. Bukti koalisi bisa menggolkan tujuan mereka saat terpilihnya Gus Dur sebagai Presiden saat bersaing dengan Megawati Soekarnoputeri.
Tetapi saat ini apakah poros atau koalisi bisa sama seperti dulu, kuat dan bisa disegani? Jawabannya 'tidak'. Seperti saat ini ada usaha 6 parpol poros tengah
menghadang ambang batas parlemen 4-5 persen untuk Pemilu 2014. Jelas hal tersebut agak sulit untuk diwujudkan. Usaha dan energi ke arah itu sangat terlihat hanya ekspresi kepanikan belaka.
Untuk diketahui ada usulan pembentukan poros tengah yang digagas partai koalisi yakni PKB, PAN, PPP dan PKS bersama Gerindra dan Hanura. Partai-partai ini nanti akan menolak ambang batas 4-5 persen.
Dalam pergaulan politik, poros tengah ini hanya mencerminkan kegalauan dari elit parpol yang perolehan suaranya tidak dominan. Sedangkan untuk rakyat, sangat jelas ini tidak ada gunanya sama sekali. Mereka hanya mempertontonkan diri haus kekuasaan dan berusaha lama untuk berada di lingkar kekuasaan. Rakyat menonton ulah mereka.
Okelah kalau memang wakil rakyat tersebut memperhatikan rakyat. Ini jangan peduli dengan konstituen, antar mereka sendiri ribut, sibuk saling sikut, terlibat korupsi. Rakyat tidak mereka perhatikan. Oh demokrasi Indonesia, kapan bisa ada perubahan untuk Bangsa ini? (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Press

My Slideshow: Ferdinand’s trip to Palembang, Sumatra, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Palembang slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.