Selasa, 06 Desember 2011
20 Hektar Sawah Warga Terancan Gagal Tanam
* Baru 4 Hari Selesai, Irigasi Roboh Diterjang Air
Lahat, SN
Sebanyak 20 hektar (Ha) areal persawahan milik warga Desa Padang Lengkuas, Kecamatan Kota Lahat terancam gagal tanam karena babak atau irigasi yang dirancang untuk mengaliri air dari Sungai Kutean roboh sepanjang 10 meter setelah diterjang derasnya air pada 24 November lalu sekitar pukul 20.00 WIB, ketika hujan deras turun.
Berdasarkan pantuan di lapangan, proyek irigasi tersebut sebenarnya dirancang untuk mengaliri air Sungai Kutean yang difungsikan untuk mengaliri areal persawahan milik 30 kepala keluarga (KK) seluas lebih kurang 20 Ha, selain itu, papan proyek pengerjaan sama sekali tidak ada, jumlah dana dan siapa yang melaksanakannya tidak ada dan penduduk desa hanya diupah untuk mengangkut material yang diduga tidak sesuai dengan RAB.
Belum lagi, pada lantai irigasi sama sekali tidak menggunakan pondasi, hanya ditempel kayu papan dan bambu tanpa ada pengalian yang ada di lokasi. Kemudian pada bagian lantai irigasi sedikit membukit disinyalir air sungai tidak akan pernah mengalir ke kawasan persawahan penduduk.
Ceen (45) warga Desa Padang Lengkuas mengatakan, sebelum dibangun irigasi ini, penduduk desa bergotong royong mendirikan ‘babak’ dan air mengalir dengan baik menuju persawahan milik warga.
“Awalnyo, untuk ngaliri sawah kami, bergotong royong buat ‘babak’ dari kayu samo bambu dan selamo itu, idak katek masalah apo-apo, walaupun hujan deras samo sekali idak roboh atau ancur,” katanya ditemui, di lokasi, Minggu (4/12).
Kemudian bahan material yang diangkut sama sekali tidak sesuai dengan rancangan anggaran belanja (RAB). Diprediksikan dana yang disiapkan dalam membangun irigasi tidak benar dengan kenyataan di lapangnan.
“Aii, aku nih tukang pulo dek, jadi tau berapo nian hargo semen, batu samo pasir, lah ini, kami catatin di kertas, cakyo sama sekali idak sesuai nian,” ungkap.
Ceen menambahkan, dengan robohnya tembok irigasi tersebut, maka, 30 KK yang bermata pencaharian mayoritas sebagai petani sawah merasa dirugikan.
“Makmano pulo, masa baru empat hari selesai digaweke, diterjang air sungai langsung roboh, pas kami cek di lokasi, ternyato, adonan semen samo pasir idak sesuai, digenggem bae langung ancur semennyo, banyak lah pasirnyo dan jugo caknyo proyek siluman nih, idak katek papan pengerjaannyo, berapo dananyo, warga desa sama sekali idak tau,” paparnya.
Senada, Fajar (40) warga Desa Padang Lengkuas sekaligus buruh upah angkur bahan material menuturkan, dirinya diberikan upah untuk mengangkut bahan material untuk pengerjaan irigasi tersebut dan setelah selesai dibawa ke lokasi dicatat jumlah keseluruhannya.
“Untuk semen hanya 48 zak, pasir 13,5 kubik, dan batu kali tercatat 20 kubik, belum termasuk upah angkut, jelas dana bersumber dana APBD II berlebihan, dimana, pengerjaannya sendiri dimulai awal November 2011, setelah empat hari selesai proyek tersebut langsung roboh,” katanya.
Saat warga ingin melihat desain atau gambar dari proyek tembok irigasi tersebut, sama sekali tidak pernah diperlihatkan sampai selesai pengerjaannya.
“Jadi, warga Desa Padang Lengkuas yang sangat bergantung pada air Sungai Kutean, kini, harap-harap cemas, pasalnya, air untuk mengaliri sawah sama sekali tidak mengalir dan kami merasa di rugikan, belum lagi ketika penduduk ingin meilhat gambar tidak ada dengan alasan tinggal,” pungkas Fajar. (zal)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Press
My Slideshow: Ferdinand’s trip to Palembang, Sumatra, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Palembang slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar