Kamis, 01 Desember 2011
Polres ME Dapat Bantuan 9 Motor
Muara Enim, SN
Bupati Muara Enim Ir Muzakir Sai Sohar menyerahkan 9 unit sepeda motor operasional Kepolisian Resor (Polres) Muara Enim. Kendaraan tersebut diharapkan nantinya dapat membantu kinerja dilapangan anggota.
Penyerahan kendaraan operasional tersebut secara simbolis diterima, Kapolda Sumsel, Irjen Pol DR Dikdik M Arief Mansur SH MH, disela-sela acara Tatap Muka Kapolda Sumsel dengan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat,Tokoh Adat, dan FKPD Muara Enim yang dilangsungkan di
Balai Agung Serasan (BAS), Selasa (29/11) sekitar pukul 20.00 WIB.
Bupati, Muzakir, mengatakan, bantuan operasional yang diserahkan ke Polres tersebut merupakan wujud partisipasi dan dukungannya atas eksistensi Polres Muara Enim demi menjaga cipta kondusif.
“Mudah-mudahan, kendaraan operasional motor ini nantinya dapat membantu anggota Polres Muara Enim dalam menjalankan tugasnya di lapangan serta pelayanan kepada masyarakat,” ungkap Muzakir.
Kapolda Sumsel, Irjen Pol Dikdik M Arief Mansur, menyambut baik atas diterimanya kendaraan operasional tersebut. Bahkan, dia menyampaikan terima kasihnya kepada Bupati Muara Enim yang mendukung eksistensi Polres Muara Enim hingga kedepannya.
Ditambahkan Kapolres Muara Enim, AKBP Budi Suryanto, kendaraan operasional itu nantinya akan disebar ke polsek-polsek yang belum memiliki kendaraan operasional sepeda motor.
“Kendaraan ini, sangat membantu anggota demi menjalankan tugasnya di lapangan,” pungkas Kapolres. (yud)
Bupati Muara Enim Ir Muzakir Sai Sohar menyerahkan 9 unit sepeda motor operasional Kepolisian Resor (Polres) Muara Enim. Kendaraan tersebut diharapkan nantinya dapat membantu kinerja dilapangan anggota.
Penyerahan kendaraan operasional tersebut secara simbolis diterima, Kapolda Sumsel, Irjen Pol DR Dikdik M Arief Mansur SH MH, disela-sela acara Tatap Muka Kapolda Sumsel dengan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat,Tokoh Adat, dan FKPD Muara Enim yang dilangsungkan di
Balai Agung Serasan (BAS), Selasa (29/11) sekitar pukul 20.00 WIB.
Bupati, Muzakir, mengatakan, bantuan operasional yang diserahkan ke Polres tersebut merupakan wujud partisipasi dan dukungannya atas eksistensi Polres Muara Enim demi menjaga cipta kondusif.
“Mudah-mudahan, kendaraan operasional motor ini nantinya dapat membantu anggota Polres Muara Enim dalam menjalankan tugasnya di lapangan serta pelayanan kepada masyarakat,” ungkap Muzakir.
Kapolda Sumsel, Irjen Pol Dikdik M Arief Mansur, menyambut baik atas diterimanya kendaraan operasional tersebut. Bahkan, dia menyampaikan terima kasihnya kepada Bupati Muara Enim yang mendukung eksistensi Polres Muara Enim hingga kedepannya.
Ditambahkan Kapolres Muara Enim, AKBP Budi Suryanto, kendaraan operasional itu nantinya akan disebar ke polsek-polsek yang belum memiliki kendaraan operasional sepeda motor.
“Kendaraan ini, sangat membantu anggota demi menjalankan tugasnya di lapangan,” pungkas Kapolres. (yud)
Jukir-Pengusaha Tolak Larangan Parkir Jalan Sudirman
Palembang, SN
Rencana Dinas Perhubungan Kota Palembang mempermanenkan pelarangan parkir di kawasan Jalan Sudirman ditentang juru parkir dan para pengusaha di Kota Palembang.
Salah seorang juru parkir, Idin mengatakan, pelarangan parkir selama SEA Games saja telah menyebabkan pendapatan mereka turun drastis.
”Kalau tidak boleh lagi parkir, terus kami mau makan dari mana,” ujarnya, kemarin.
Pemerintah memang berencana menetapkan pelarangan parkir di Jalan Sudirman. Pada tahap awal, dimulai dari Internasional Plaza hingga bundaran air mancur, dekat Masjid Agung.
Idin mengaku pendapatan dari parkir tak tentu. Jika sedang ramai, warga 15 Ulu tersebut mampu mengantongi duit sekitar Rp 100-120 ribu/hari. Kalau sedang apes, kadang hanya mampu mengantongi sekitar Rp 60-70 ribu. Dari jumlah itu, sebagian mesti disetorkan lagi ke Dinas Perhubungan.
“Untuk hari biasa, target setoran parkirnya sebesar Rp 60 ribu/hari,” ujar Idin.
Jumlah tersebut naik sebesar Rp 20 ribu dibandingkan sebelum kenaikan retribusi parkir dari Rp 500 menjadi Rp 1000 untuk motor dan Rp 1000 menjadi Rp 2.000 untuk mobil.
”Kalau lagi sepi, kadang hanya dapat uang untuk ongkos pulang,” kata Idin, yang mengaku selain membiayai kebutuhan sehari-hari, juga untuk biaya sekolah kedua cucunya.
Idin meminta pemerintah mempertimbangkan ulang rencana pelarangan parkir di kawasan Sudirman. Ia menilai, kepadatan dan kemacetan lalu lintas dari IP hingga bundaran tak parah-parah amat.
”Coba lihat saja sendiri. Sekarang kan banyak bus kota yang berhenti lalu lintas lancar-lancar saja,” ujarnya.
Menurut dia, penerapan larangan parkir permanen lebih tepat dilaksanakan di ruas jalan mulai dari Pasar Cinde hingga ke simpang lampu merah Charitas.
”Disitu yang sering terjadi kepadatan dan kemacetan lalu lintas,” sebutnya.
Anton, juru parkir di Jalan Sudirman, juga menyatakan keberatan jika pemerintah memberlakukan pelarangan parkir di IP-bundaran air mancur.
”Yah, kalau bisa janganlah (larangan parkir dipermanenkan, red),” ujarnya.
Rencana pemerintah membangun tempat parkir khusus di ruas Jalan Letkol Iskandar, menurut Arif kurang tepat. Soalnya tempat itu tidak cukup menampung kendaran yang biasa parkir di kawasan Sudirman.
Hal senada dikatakan Acing, pemilik toko Matahari, yang menjual sparepart mobil. Penerapan larangan parkir bisa berdampak pada pelaku usaha.
Ia menyebutkan, saat pelarangan parkir selama SEA Games saja penjualannya merosot hingga 90 persen. ”Kadang sehari seadanya saja bisa jual,” tutur Acing.
Bila ada pembeli, terangnya, biasanya transaksi dilakukan terburu-buru. Pasalnya, konsumen khawatir kendaraan yang diparkir bakal dikunci gembok oleh petugas patroli Dishub.
”Jadi seperti orang nodong saja baik pembeli dan penjual, mau cepat-cepat,” ujarnya.
Tidak sedikit konsumen yang akhirnya hanya berhenti sebentar di dekat lahan parkir, tapi begitu melihat ada petugas patroli Dishub yang datang, akhirnya pergi lagi sebelum berbelanja.
Ia khawatir jika larangan parkir dipermanenkan. Bisa-bisa usaha yang dikelolanya tutup karena sepi pembeli. (**)
Rencana Dinas Perhubungan Kota Palembang mempermanenkan pelarangan parkir di kawasan Jalan Sudirman ditentang juru parkir dan para pengusaha di Kota Palembang.
Salah seorang juru parkir, Idin mengatakan, pelarangan parkir selama SEA Games saja telah menyebabkan pendapatan mereka turun drastis.
”Kalau tidak boleh lagi parkir, terus kami mau makan dari mana,” ujarnya, kemarin.
Pemerintah memang berencana menetapkan pelarangan parkir di Jalan Sudirman. Pada tahap awal, dimulai dari Internasional Plaza hingga bundaran air mancur, dekat Masjid Agung.
Idin mengaku pendapatan dari parkir tak tentu. Jika sedang ramai, warga 15 Ulu tersebut mampu mengantongi duit sekitar Rp 100-120 ribu/hari. Kalau sedang apes, kadang hanya mampu mengantongi sekitar Rp 60-70 ribu. Dari jumlah itu, sebagian mesti disetorkan lagi ke Dinas Perhubungan.
“Untuk hari biasa, target setoran parkirnya sebesar Rp 60 ribu/hari,” ujar Idin.
Jumlah tersebut naik sebesar Rp 20 ribu dibandingkan sebelum kenaikan retribusi parkir dari Rp 500 menjadi Rp 1000 untuk motor dan Rp 1000 menjadi Rp 2.000 untuk mobil.
”Kalau lagi sepi, kadang hanya dapat uang untuk ongkos pulang,” kata Idin, yang mengaku selain membiayai kebutuhan sehari-hari, juga untuk biaya sekolah kedua cucunya.
Idin meminta pemerintah mempertimbangkan ulang rencana pelarangan parkir di kawasan Sudirman. Ia menilai, kepadatan dan kemacetan lalu lintas dari IP hingga bundaran tak parah-parah amat.
”Coba lihat saja sendiri. Sekarang kan banyak bus kota yang berhenti lalu lintas lancar-lancar saja,” ujarnya.
Menurut dia, penerapan larangan parkir permanen lebih tepat dilaksanakan di ruas jalan mulai dari Pasar Cinde hingga ke simpang lampu merah Charitas.
”Disitu yang sering terjadi kepadatan dan kemacetan lalu lintas,” sebutnya.
Anton, juru parkir di Jalan Sudirman, juga menyatakan keberatan jika pemerintah memberlakukan pelarangan parkir di IP-bundaran air mancur.
”Yah, kalau bisa janganlah (larangan parkir dipermanenkan, red),” ujarnya.
Rencana pemerintah membangun tempat parkir khusus di ruas Jalan Letkol Iskandar, menurut Arif kurang tepat. Soalnya tempat itu tidak cukup menampung kendaran yang biasa parkir di kawasan Sudirman.
Hal senada dikatakan Acing, pemilik toko Matahari, yang menjual sparepart mobil. Penerapan larangan parkir bisa berdampak pada pelaku usaha.
Ia menyebutkan, saat pelarangan parkir selama SEA Games saja penjualannya merosot hingga 90 persen. ”Kadang sehari seadanya saja bisa jual,” tutur Acing.
Bila ada pembeli, terangnya, biasanya transaksi dilakukan terburu-buru. Pasalnya, konsumen khawatir kendaraan yang diparkir bakal dikunci gembok oleh petugas patroli Dishub.
”Jadi seperti orang nodong saja baik pembeli dan penjual, mau cepat-cepat,” ujarnya.
Tidak sedikit konsumen yang akhirnya hanya berhenti sebentar di dekat lahan parkir, tapi begitu melihat ada petugas patroli Dishub yang datang, akhirnya pergi lagi sebelum berbelanja.
Ia khawatir jika larangan parkir dipermanenkan. Bisa-bisa usaha yang dikelolanya tutup karena sepi pembeli. (**)
Pembangunan BBI Ogan Ilir Telan Rp 2 M Lebih
Indralaya, SN
Pembangunan Balai Benih Ikan (BBI) milik Pemkab Ogan Ilir seluas 4 hektar yang sebelumnya sempat terhenti pembangunannya, dipastikan kembali berlanjut pada tahun 2012, setelah memperoleh suntikan dari dana Alokasi Khusu (DAK) Rp 2,3 Miliar.
“Kepastian itu karena teranggarnya dana sebesar Rp 2,3 Miliar yang bersumber dari dana alokasi khusus pusat serta sharing 10% dari APBD OI,” kata Kadinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) OI Noorman Yusalwan baru-baru ini.
Menurut Noorman, anggaran ini ditujukan untuk melanjutkan pembangunan fisik BBI, seperti pembangunan talud dari batu kali sepanjang kolam, agar tanah tidak turun. Selain itu kalau anggaran tersebut masih memadai akan dilanjutkan dengan penimbunan pada bagian tanah yang mengalami penurunan.
“Untuk dana BBI fisik diperkirakan membutuhkan dana sekitar Rp 17 miliar lagi. Dana itu antara lain untuk melakukan pengedaman sekeliling BBI dan penimbunan lahan,” ungkapnya.
Sementara itu Kabid Perikanan Kabupaten Ogan Ilir Rokayah mengatakan, penambahan dana untuk kelanjutan pembangunan BBI memang sangat diperlukan, mengingat saat ini fasilitas BBI memang belum sempurna. “Ada kolam indukan yang sudah selesai dan telah dimanfaatkan utuk lele, gurami, nila dan patin namun ada juga kolam yang belum selesai pengerjaannya,” ujarnya.
Ditambahkannya, mengingat keterbatasan BBI baik fasilitas maupun sumber daya manusia (SDM), pembibitan ikan untuk komersial belum dilakukan, baru terbatas memenuhi kebutuhan petani lokal. “Keinginan kita apabila semua fasilitas telah memadai disertai SDM yang cukup,
disnakkan menargetkan pembibitan 1 juta ekor ikan pertahunnya,” paparnya. (man)
Pembangunan Balai Benih Ikan (BBI) milik Pemkab Ogan Ilir seluas 4 hektar yang sebelumnya sempat terhenti pembangunannya, dipastikan kembali berlanjut pada tahun 2012, setelah memperoleh suntikan dari dana Alokasi Khusu (DAK) Rp 2,3 Miliar.
“Kepastian itu karena teranggarnya dana sebesar Rp 2,3 Miliar yang bersumber dari dana alokasi khusus pusat serta sharing 10% dari APBD OI,” kata Kadinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) OI Noorman Yusalwan baru-baru ini.
Menurut Noorman, anggaran ini ditujukan untuk melanjutkan pembangunan fisik BBI, seperti pembangunan talud dari batu kali sepanjang kolam, agar tanah tidak turun. Selain itu kalau anggaran tersebut masih memadai akan dilanjutkan dengan penimbunan pada bagian tanah yang mengalami penurunan.
“Untuk dana BBI fisik diperkirakan membutuhkan dana sekitar Rp 17 miliar lagi. Dana itu antara lain untuk melakukan pengedaman sekeliling BBI dan penimbunan lahan,” ungkapnya.
Sementara itu Kabid Perikanan Kabupaten Ogan Ilir Rokayah mengatakan, penambahan dana untuk kelanjutan pembangunan BBI memang sangat diperlukan, mengingat saat ini fasilitas BBI memang belum sempurna. “Ada kolam indukan yang sudah selesai dan telah dimanfaatkan utuk lele, gurami, nila dan patin namun ada juga kolam yang belum selesai pengerjaannya,” ujarnya.
Ditambahkannya, mengingat keterbatasan BBI baik fasilitas maupun sumber daya manusia (SDM), pembibitan ikan untuk komersial belum dilakukan, baru terbatas memenuhi kebutuhan petani lokal. “Keinginan kita apabila semua fasilitas telah memadai disertai SDM yang cukup,
disnakkan menargetkan pembibitan 1 juta ekor ikan pertahunnya,” paparnya. (man)
DBD Serang Warga Banyuasin
Banyuasin, SN
Demam berdarah dengue(DBD) menyerang beberapa daerah di wilayah Kabupaten Banyuasin di Pangkalan Balai, Sedang, Air Sangris, dan Taja raja II, Talang Kelapa, Banyuasin III, Banyuasin I, Tanjung Lago, Betung dan Rambutan beberapa hari terakhir. Keteledoran warga dalam menjaga kesehatan lingkungannya dinilai menjadi penyebab munculnya kedua penyakit ini.
Berdasarkan pendataan Kepala Dinas Kesehatan dr Ayuhana Awam menjelaskan, peningkatan DBD di Banyuasin lebih cenderung karena perubahan iklim, dari musim panas ke musim hujan. Pihaknya pun sudah melakukan upaya pencegahan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Dinas kesehatan juga menetapkan 10 daerah endemis DBD, masing-masing di Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin III, Banyuasin I, Tanjung Lago, Betung dan Rambutan. “Daerah endemis tersebut sudah kita antisipasi dengan cara penyuluhan lingkungan sehat dan perilaku sehat kepada masyarakat, termasuk penyuluhan PSN, baik dengan cara 3M, Fogging maupun abate," tuturnya.
Dalam radius 25 meter, kata Ayuhana, Dinas Kesehatan melakukan penyelidikan, ternyata memang didekat sana terdapat genangan air sehingga menimbulkan jentik, dilokasi tersebut juga sudah dilakukan double cycle fogging.
Diakui Ayuhana, fogging memang bukan pemecah permasalahan DBD yang tepat, sebab fogging yang dilakukan hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik dan telur nyamuk sama sekali tidak dapat dibunuh.
“Bisa dibayangkan satu ekor nyamuk bisa menelurkan 200 ekor jentik, dan telur-telur mereka bisa bertahan meski tidak dalam kondisi digenangi air. Karenanya selain fogging kami juga berharap massyarakat bisa menciptakan hidup sehat, dengan menjaga lingkungannya. Kemudian kami juga menghimbau untuk melakukan 3 M, mengubur, menguras dan menutup wadah-wadah air," terangnya.
Ditambahkannya, penyebaran penyakit ini, karena kurangnya kepedulian warga dalam menjaga kebersihan lingkungan pada saat musim hujan.
Peningkatan kasus DBD ini sendiri diakui oleh Kepala RSUD Banyuasin, dr Syaumaryadi MEpid. Menurutnya, hampir setiap bulan ia menerima pasien dengan keluhan seperti DBD. Seperti M.Ilham ,Ikba warga pangkalan balai(18), Anisa Air sangris,Nuzuli Taja Raya,Dina Air Sangris dan Dina (20)Pangkalan Balai,yang di rawat di RSUD Banyuasin Sekarang.
“Untuk keluhannya memang penyakit DBD menjadi penyakit nomor satu yang ada di Rsud Banyuasin tersebut apalagi satu bulan ini saja ada sekitar 30 orang,Tanda tanda penyakit DBD adalah pasien mengeluarkan bintik merah, namun untuk kepastiannya memang harus dilakukan tes laboratorium. Positif atau tidaknya hasil test ditentukan oleh kandungan trombosit dalam darah. Untuk pasien baru mengalami gr I belum berbahaya. Tetapi kami akan bertindak cepat untuk pengobatan DBD yang makin membahayakan,” jelasnya. (sir)
Demam berdarah dengue(DBD) menyerang beberapa daerah di wilayah Kabupaten Banyuasin di Pangkalan Balai, Sedang, Air Sangris, dan Taja raja II, Talang Kelapa, Banyuasin III, Banyuasin I, Tanjung Lago, Betung dan Rambutan beberapa hari terakhir. Keteledoran warga dalam menjaga kesehatan lingkungannya dinilai menjadi penyebab munculnya kedua penyakit ini.
Berdasarkan pendataan Kepala Dinas Kesehatan dr Ayuhana Awam menjelaskan, peningkatan DBD di Banyuasin lebih cenderung karena perubahan iklim, dari musim panas ke musim hujan. Pihaknya pun sudah melakukan upaya pencegahan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Dinas kesehatan juga menetapkan 10 daerah endemis DBD, masing-masing di Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin III, Banyuasin I, Tanjung Lago, Betung dan Rambutan. “Daerah endemis tersebut sudah kita antisipasi dengan cara penyuluhan lingkungan sehat dan perilaku sehat kepada masyarakat, termasuk penyuluhan PSN, baik dengan cara 3M, Fogging maupun abate," tuturnya.
Dalam radius 25 meter, kata Ayuhana, Dinas Kesehatan melakukan penyelidikan, ternyata memang didekat sana terdapat genangan air sehingga menimbulkan jentik, dilokasi tersebut juga sudah dilakukan double cycle fogging.
Diakui Ayuhana, fogging memang bukan pemecah permasalahan DBD yang tepat, sebab fogging yang dilakukan hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik dan telur nyamuk sama sekali tidak dapat dibunuh.
“Bisa dibayangkan satu ekor nyamuk bisa menelurkan 200 ekor jentik, dan telur-telur mereka bisa bertahan meski tidak dalam kondisi digenangi air. Karenanya selain fogging kami juga berharap massyarakat bisa menciptakan hidup sehat, dengan menjaga lingkungannya. Kemudian kami juga menghimbau untuk melakukan 3 M, mengubur, menguras dan menutup wadah-wadah air," terangnya.
Ditambahkannya, penyebaran penyakit ini, karena kurangnya kepedulian warga dalam menjaga kebersihan lingkungan pada saat musim hujan.
Peningkatan kasus DBD ini sendiri diakui oleh Kepala RSUD Banyuasin, dr Syaumaryadi MEpid. Menurutnya, hampir setiap bulan ia menerima pasien dengan keluhan seperti DBD. Seperti M.Ilham ,Ikba warga pangkalan balai(18), Anisa Air sangris,Nuzuli Taja Raya,Dina Air Sangris dan Dina (20)Pangkalan Balai,yang di rawat di RSUD Banyuasin Sekarang.
“Untuk keluhannya memang penyakit DBD menjadi penyakit nomor satu yang ada di Rsud Banyuasin tersebut apalagi satu bulan ini saja ada sekitar 30 orang,Tanda tanda penyakit DBD adalah pasien mengeluarkan bintik merah, namun untuk kepastiannya memang harus dilakukan tes laboratorium. Positif atau tidaknya hasil test ditentukan oleh kandungan trombosit dalam darah. Untuk pasien baru mengalami gr I belum berbahaya. Tetapi kami akan bertindak cepat untuk pengobatan DBD yang makin membahayakan,” jelasnya. (sir)
Puluhan Rumah Warga Tungkal Jaya Terendam Banjir
Tungkaljaya, SN
Sedikitnya 51 rumah warga di Desa Peninggalan,Kecamatan Tungkaljaya, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) sejak empat hari lalu terendam banjir akibat luapan Sungai Peninggalan. Banjir
diperkirakan akan semakin meluas, jika dalam beberapa hari kedepan turun hujan.
Memasuki musim penghujan kali ini, rasa cemas memang tengah melandawarga yang bermukim di bantaran sungai. Terutama mereka yang tinggal di sekitar bangunan Jembatan Peninggalan. Di sini, luapan sungai sudahmerendam beberapa pekarangan rumah warga. Akibatnya, aktivitas merekasehari-hari terhambat dan warga terpaksa membuat jembatan darurat menuju rumah atau menggunakan perahu bagi yang punya.
"Banjir sudah terjadi sejak Jumat lalu. Yang kita takutkan ada hujandi bagian hulu sungai ini, sehingga luapan air bertambah. Kalau itu terjadi, kami terpaksa mengungsi," ujar Sulaiman, salah seorang warga yang rumahnya juga terkena banjir.
Hal senada dikatakan Pendi, warga lainnya. Dia mengatakan banjir
melanda tiga Rukun Tetangga (RT). Di RT 02 ada 33 buah rumah, RT 03 15dan tiga lagi di RT 04.
"Semua rumah di sini umumnya panggung. Ada yang sejengkal lagi airmenyentuh lantai," katanya.
Meski air dengan kedalaman sekitar satu meter ini nyaris masuk rumahwarga, namun sejauh ini pemiliknya masih bertahan. Sebagian hanyabersiap-siap untuk mengungsi jika memang situasi kedepan semakinmemburuk lantaran hujan deras.
Terkait hal ini, Camat Sugeng melalui Sekretaris Camat (Sekcam) Tungkaljaya Firman Irawansaat disambangi koran ini kemarin mengatakan, pada dasarnya banjir sepertiini sudah biasa terjadi di sana. Hal itu disebabkan bagian sungai didekat pankal jembatan terbilang dangkal. Karena itu saat turun hujandi hulu sungai, airnya meluap ke pemukiman penduduk di sekitar.
Meburutnya, karena sudah terbiasa warga pun sudah cukup maklum. "Yang kita khawatirkan dalam beberapa hari kedepan masih hujan deras,ya terpaksa warga kita ungsikan. Satu lagi anak-anak. Karena air disekitar rumah itu cukup dalam, tentu kita khawatir terhadapkeselamatan mereka," tandasnya. (her)
Sedikitnya 51 rumah warga di Desa Peninggalan,Kecamatan Tungkaljaya, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) sejak empat hari lalu terendam banjir akibat luapan Sungai Peninggalan. Banjir
diperkirakan akan semakin meluas, jika dalam beberapa hari kedepan turun hujan.
Memasuki musim penghujan kali ini, rasa cemas memang tengah melandawarga yang bermukim di bantaran sungai. Terutama mereka yang tinggal di sekitar bangunan Jembatan Peninggalan. Di sini, luapan sungai sudahmerendam beberapa pekarangan rumah warga. Akibatnya, aktivitas merekasehari-hari terhambat dan warga terpaksa membuat jembatan darurat menuju rumah atau menggunakan perahu bagi yang punya.
"Banjir sudah terjadi sejak Jumat lalu. Yang kita takutkan ada hujandi bagian hulu sungai ini, sehingga luapan air bertambah. Kalau itu terjadi, kami terpaksa mengungsi," ujar Sulaiman, salah seorang warga yang rumahnya juga terkena banjir.
Hal senada dikatakan Pendi, warga lainnya. Dia mengatakan banjir
melanda tiga Rukun Tetangga (RT). Di RT 02 ada 33 buah rumah, RT 03 15dan tiga lagi di RT 04.
"Semua rumah di sini umumnya panggung. Ada yang sejengkal lagi airmenyentuh lantai," katanya.
Meski air dengan kedalaman sekitar satu meter ini nyaris masuk rumahwarga, namun sejauh ini pemiliknya masih bertahan. Sebagian hanyabersiap-siap untuk mengungsi jika memang situasi kedepan semakinmemburuk lantaran hujan deras.
Terkait hal ini, Camat Sugeng melalui Sekretaris Camat (Sekcam) Tungkaljaya Firman Irawansaat disambangi koran ini kemarin mengatakan, pada dasarnya banjir sepertiini sudah biasa terjadi di sana. Hal itu disebabkan bagian sungai didekat pankal jembatan terbilang dangkal. Karena itu saat turun hujandi hulu sungai, airnya meluap ke pemukiman penduduk di sekitar.
Meburutnya, karena sudah terbiasa warga pun sudah cukup maklum. "Yang kita khawatirkan dalam beberapa hari kedepan masih hujan deras,ya terpaksa warga kita ungsikan. Satu lagi anak-anak. Karena air disekitar rumah itu cukup dalam, tentu kita khawatir terhadapkeselamatan mereka," tandasnya. (her)
Warga Keluhkan Jalan 108 Babat Supat Rusak
Sekayu, SN
Ruas jalan 108 yang menghubungkan wilayah Kecamatan Babat Supat ke jalan lintas timur Palembang-Jambi kian memprihatinkan. Belasan kilo meter badan jalan dipenuhi lubang berlumpur saat turun hujan dan batu koral yang bertebaran di pinggir jalan.
“Ini bukan jalan perusahaan minyak ataupun batubara. Tapi ini jalan yang dibuat Pemerintah Kabupaten Muba. Guna memperlancar akses pemerintahan dan perekonomi masyarakat membawa hasil pertanian, Kami masyarakat kecil hanya bisa berharap Pak bupati melihat kondisi ini dan menindaklanjutinya,” ujar candra warga Desa Supat.
Menurut dia, bertahun-tahun puluhan truk yang mengangkut hasil pertambangan batubara dan minyak CPO melintas di jalan kabupaten itu setiap harinya. Jika panas menimbulkan debu, dan saat musim hujan penuh lumpur dengan lubang di sana sini. Anehnya, kata candra , meski ini sudah berlangsung lama tidak ada tindakan tegas dari Pemkab Muba terhadap operasional truk-truk tersebut.
“Yang lewat di jalan ini tidak hanya truk kecil. Tidak jarang tronton melebihi tonase, namun sekarang sebatas kendaran damtruk milik perusahaan juga ikut andil dalam kerusakan,” ujarnya.
Hal senada dikatakan Mulyanto. Menurut dia, umumnya kendaraan yang melintas di wilayah itu mengangkut batubara milik PT Baturona dan Truk tengki minyak CPO dari PT MBI. Lemahnya kebijakan pemerintah ditambah kurangnya pengawasan legeslatif sebagai peran kontrol terhadap perusahan yang beroperasi mengunankan akses jalan pemerintah kabupaten, membuat akses jalan penghubung utama di kecataman tersebut rusak berkepanjangan.
“Kita tidak menapikan adanya usaha perbaikan dari pihak perusahaan. Tapi apa yang dilakukan tidak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan. Masa Cuma ditimbun-timbun saja pakai batu koral,” ujarnya.
Informasi terkait kerusakan jalan lintas yang akrab disebut jalan 108 ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat. Dari pengamatan beberapa hari terakhir, apa yang dikeluhkan masyarakat setempat mungkin tidaklah berlebihan. Sebab faktanya, jalan tersebut memang rusak dan kurang dari sehari puluhan truk mengangkut minyak dan batubara melintas di sana.
Salah seorang sumber menyebutkan, puluhan truk ini dikoordinir pihak ketiga yang menjalankan proyek dari perusahaan terdekat. Untuk mempermudah operasionalnya, pihak ketiga menyewa beberapa truk milik warga setempat disamping truk dari daerah lainnya. Sebab dilihat dari plat atau nomor polisi kendaraan, tidak hanya BG (wilayah Sumsel) tapi juga B, E, BH, dan BE. (her)
Ruas jalan 108 yang menghubungkan wilayah Kecamatan Babat Supat ke jalan lintas timur Palembang-Jambi kian memprihatinkan. Belasan kilo meter badan jalan dipenuhi lubang berlumpur saat turun hujan dan batu koral yang bertebaran di pinggir jalan.
“Ini bukan jalan perusahaan minyak ataupun batubara. Tapi ini jalan yang dibuat Pemerintah Kabupaten Muba. Guna memperlancar akses pemerintahan dan perekonomi masyarakat membawa hasil pertanian, Kami masyarakat kecil hanya bisa berharap Pak bupati melihat kondisi ini dan menindaklanjutinya,” ujar candra warga Desa Supat.
Menurut dia, bertahun-tahun puluhan truk yang mengangkut hasil pertambangan batubara dan minyak CPO melintas di jalan kabupaten itu setiap harinya. Jika panas menimbulkan debu, dan saat musim hujan penuh lumpur dengan lubang di sana sini. Anehnya, kata candra , meski ini sudah berlangsung lama tidak ada tindakan tegas dari Pemkab Muba terhadap operasional truk-truk tersebut.
“Yang lewat di jalan ini tidak hanya truk kecil. Tidak jarang tronton melebihi tonase, namun sekarang sebatas kendaran damtruk milik perusahaan juga ikut andil dalam kerusakan,” ujarnya.
Hal senada dikatakan Mulyanto. Menurut dia, umumnya kendaraan yang melintas di wilayah itu mengangkut batubara milik PT Baturona dan Truk tengki minyak CPO dari PT MBI. Lemahnya kebijakan pemerintah ditambah kurangnya pengawasan legeslatif sebagai peran kontrol terhadap perusahan yang beroperasi mengunankan akses jalan pemerintah kabupaten, membuat akses jalan penghubung utama di kecataman tersebut rusak berkepanjangan.
“Kita tidak menapikan adanya usaha perbaikan dari pihak perusahaan. Tapi apa yang dilakukan tidak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan. Masa Cuma ditimbun-timbun saja pakai batu koral,” ujarnya.
Informasi terkait kerusakan jalan lintas yang akrab disebut jalan 108 ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat. Dari pengamatan beberapa hari terakhir, apa yang dikeluhkan masyarakat setempat mungkin tidaklah berlebihan. Sebab faktanya, jalan tersebut memang rusak dan kurang dari sehari puluhan truk mengangkut minyak dan batubara melintas di sana.
Salah seorang sumber menyebutkan, puluhan truk ini dikoordinir pihak ketiga yang menjalankan proyek dari perusahaan terdekat. Untuk mempermudah operasionalnya, pihak ketiga menyewa beberapa truk milik warga setempat disamping truk dari daerah lainnya. Sebab dilihat dari plat atau nomor polisi kendaraan, tidak hanya BG (wilayah Sumsel) tapi juga B, E, BH, dan BE. (her)
Alex Musni Jabat Plt Sekda Pagaralam
Pagaralam, SN
Drs Alke Musni MM, Asisten I Sekretariat Daerah (Setda) Kota Pagaralam, dilantik Walikota Pagaralam, Drs H Djazuli Kuris, MM sebagai Pelaksana Tugas (PLT) Sekda menggantikan Drs H A Fachri, di Aula SD Model, Rabu (30/11).
Turut hadir dalam pelantikan tersebut Ketua DPRD Pagaralam H Ruslan Abdul Gani, Wakil Walikota Pagaralam Hj Ida Firtriati dan unsur Muspida lainnya.
"Penunjukan A Musni sebagai Plt Seksa Kota Pagaralam, ini berdasarkan surat perintah Gubernur Sumatera Selatan No 821.2/215/BKD.II/2011," kata Kabag Humas, Pemkot Pagaralam, Imam Pasli, SSTP.
Menurut dia, A Fachri sudah memasuki masa pensiun mulai bulan Oktober 2011 lalu, namun pelantikan Plt baru dapat dilakukan bulan November ini.
"Sekda merupakan jabatan tertinggi dilingkungan PNS Kota Pagaralam, sehingga setelah pejabat yang lama memasuki masa pensiun harus dilakukan pergantian segera," ungkap dia.
Sementara itu A Fachri, usai pelantikan mengatakan, terima kasih kepada semua pegawai Pemkot Pagaralam dan masyarakat yang sudah mendukung dan membantu dalam mendukung tugas selama menjabt Sekda selama sembilan tahun tujuh bulan.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada semua elemen masyarakat Pagaralam dan seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah mempercayakan dan memberikan amanah serta dukungannya selama saya bertugas sebagai Sekretaris daerah," ungkapnya.
Walikota Pagaralam, Drs H Djazuli Kuris, mengatakan jabatan merupakan aman dan harus dipertangungjawabkan bukan hanya dihadapan masyarakat, namun yang paling tinggi di hadapan Allah SWT.
"Kita cukup berterima kasih kepada A Fachri yang sudah mengabdikan diri selama sembilan tahun sejak Kota Pagaralam menjadi daerah otonomi pada tahun 2001 lalu," ungkapnya. (asn)
Drs Alke Musni MM, Asisten I Sekretariat Daerah (Setda) Kota Pagaralam, dilantik Walikota Pagaralam, Drs H Djazuli Kuris, MM sebagai Pelaksana Tugas (PLT) Sekda menggantikan Drs H A Fachri, di Aula SD Model, Rabu (30/11).
Turut hadir dalam pelantikan tersebut Ketua DPRD Pagaralam H Ruslan Abdul Gani, Wakil Walikota Pagaralam Hj Ida Firtriati dan unsur Muspida lainnya.
"Penunjukan A Musni sebagai Plt Seksa Kota Pagaralam, ini berdasarkan surat perintah Gubernur Sumatera Selatan No 821.2/215/BKD.II/2011," kata Kabag Humas, Pemkot Pagaralam, Imam Pasli, SSTP.
Menurut dia, A Fachri sudah memasuki masa pensiun mulai bulan Oktober 2011 lalu, namun pelantikan Plt baru dapat dilakukan bulan November ini.
"Sekda merupakan jabatan tertinggi dilingkungan PNS Kota Pagaralam, sehingga setelah pejabat yang lama memasuki masa pensiun harus dilakukan pergantian segera," ungkap dia.
Sementara itu A Fachri, usai pelantikan mengatakan, terima kasih kepada semua pegawai Pemkot Pagaralam dan masyarakat yang sudah mendukung dan membantu dalam mendukung tugas selama menjabt Sekda selama sembilan tahun tujuh bulan.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada semua elemen masyarakat Pagaralam dan seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah mempercayakan dan memberikan amanah serta dukungannya selama saya bertugas sebagai Sekretaris daerah," ungkapnya.
Walikota Pagaralam, Drs H Djazuli Kuris, mengatakan jabatan merupakan aman dan harus dipertangungjawabkan bukan hanya dihadapan masyarakat, namun yang paling tinggi di hadapan Allah SWT.
"Kita cukup berterima kasih kepada A Fachri yang sudah mengabdikan diri selama sembilan tahun sejak Kota Pagaralam menjadi daerah otonomi pada tahun 2001 lalu," ungkapnya. (asn)
Warga Pagaralam Temukan Keris Ratusan Tahun
foto net/ilust |
Warga Kota Pagaralam, menemukan keris berumur ratusan tahun peninggalan puyang "Raje Nyawe" di puncak Gunung Api Dempo. Sebetulnya ada dua jenis benda pusaka peninggalan puyang "Raja Nyawa" yang berhasil ditemukan yaitu keris dan tasbih. Demikian diungkapkan Wahadi, warga Kampung II Kelurahan Gunung Dempo, Kecamatan Pagaralam Selatan, Rabu (30/11).
Menurut dia, kedua benda pusaka ini berukuran panjang sekitar 30 centimeter dan besarnya sama dengan keris pada umumnya.
"Sedangkan tasbih berwarna putih, sementara ukuran dan bentuknya sama dengan yang sering kita lihat," ungkap dia.
Ia mengatakan namun untuk mendapatkan berbagai bendan pusaka ini dibutuhkan berbagai ritual termasuk semedi di puncak Gunung Api Dempo.
"Sebelumnya saya juga pernah mendapat tungkat naga peninggalan puyang "Raje Nyawe" di puncak Dempo," ungkap dia.
Ia mengatakan, penemuan semua benda pusaka ini dilakukan melalui berbagai ritual khusus dan pendekatan secara supranatural atau gaib.
"Kebetulan saat itu saya sedang berada di puncak Gunung Api Dempo, seperti biasa ritual yang dilakukan dengan berzikir dan melakukan sahalat malam. Ketika sedang melakukan ritual itulah muncul sinar warna putih dan setelah didekati ternyata benda pusata tersebut," ungkap dia.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Senibudaya, Sukaimi, mengatakan untuk mendukung Pagaralam, sebagai daerah cagar budaya sudah dibangun berbagai sarana pendukung, seperti musium terbuka dan termasuk rencana pembangunan musium tempat menyimpan benda pusaka.
"Kita sudah membuat musium replika megalit di halaman kantor Pemkot Pagaralam, diatas lahan seluas 1/2 hektar," ungkap dia.
Dia mengatakan, pembuatan musium ini bukan hanya untuk mendukung wisata sejarah tapi sebagai bentuk pelestarian berbagai aset budaya sejarah yang tersebar di daerah Pagaralam.
"Kita ingin bila wisatawan yang datang ke Pagaralam, tidak harus mengunjungi satu persatu lokasi megalit tapi cukup datang ke musium di Komplek Perkantoran Gunung Gare. Selain lokasinya terbuka dan keberadaan musium juga merupakan penghias keindahan taman perkantoran," ungkapnya. (asn)
Langganan:
Postingan (Atom)
Press
My Slideshow: Ferdinand’s trip to Palembang, Sumatra, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Palembang slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.