Jumat, 16 Desember 2011
KPK yang Diintervensi dan Meninggalkan Kasus Century
Oleh Agus Harizal Alwie Tjikmat
DI penghujung masa jabatannya ternyata Pimpinan KPK mengakui kalau mereka selama selalu diintervensi alias ditekan. Siapa lagi kalau bukan pihak eksekutif dan legislatif yang melakukan perbuatan itu.
Dengan kondisi seperti ini, jelas suatu jawaban terhadap lambannya kerja dari komisi ini. Selama ini rakyat seperti mau muntah dengan tarik ulur penanganan kasus yang sangat bertele-tele.
Ada satu kasus besar yang sangat merugikan Bangsa dan martabat Negeri, dan ternyata itu ditinggalkan pimpinan KPK yang habis masa jabatannya Desember ini. Kasus tersebut adalah kasus Bank Century.
Hanya mengulasa, kasus Bank Century telah memberikan dampak luas yang buruk untuk Bangsa ini. Lihat dan ingat, saat kasus ini mulai dilakukan, sudah puluhan triliun uang rakyat mengalir tidak pada tempatnya.
Memang petinggi di Bank Century sudah dihukum, tetapi hukuman yang diberikan tidak sampai lima tahun. Kemudian kasus ini juga telah melahirkan banyak korban, mulai dari munculnya istilah 'cicak dan buaya', jatuhnya korban Kabareskrim Susno Duadji.
Konflik panas antara KPK dan Polri juga melahirkan hubungan yang tak harmonis dari kedua lembaga tersebut.
Kalau kita berandai-andai, coba penguasa Negeri ini tak ngotot melindungi orang-orangg tertentu dari kasus ini. Tentu dampak kasus Bank Century tak akan seluas seperti sekarang.
Tetapi sampai saat ini dengar keterangan pers dari Presiden SBY, dengan yakin Kepala Negara masih berkeyakinan Boediono dan Sri Mulyani tetap dalam posisi yang paling benar. Itu untuk kondisi sekarang, kita tarik ulur saat Pansus Bank Century masih bekerja. Perang urat syarat harus terjadi di Senayan, yang semuanya ada karena sikap ngotot orang-orang tertentu yang merasa paling benar.
Saat Pansus terus bekerja, mulai terjadi blok-blok dan sikap kekanak-kanakan dari banyak wakil rakyat. Tak jarang debat kusir yang sangat kasar terjadi, dan itu semua menjadi tontonan bagi rakyat Indonesia. Tetapi mereka yang bersikap keras ini seakan dibiarkan oleh pihak-pihak tertentu.
Jelas ini menandakan, bahwa mereka seakan menjadi umpan dan ujung tombak parpol tertentu dengan tujuan untuk mengamankan kekuasaan.
Kemudian saat Pansus mulai mendekati akhir masa kerja, sangat terlihat jelas mulai terjadi 'perselingkuhan' dan 'pengkhiahatan' diantara teman dan kelompok yang selama ini berkoalisi. Saat paripurna digelarpun sangat jelas, betapa banyak energi yang terbuang sia-sia yang sangat jelas tujuannya sangat nampak, untuk mengulur-ulur waktu, siapa tahu lobi-lobi politik bisa merubah sikap seseorang. Tetapi nyatanya garis keras yang diungkapkan kelompok kontra pemerintah terus menguat bahkan di menit-menit terakhir banyak kejutan-kejutan tak terduga terjadi. Di mana banyak wakil rakyat yang pro pemeritah, dengan tegas membangkang. Buah dari sikap pemerintah, bisa jadi direcall atau dipecat dari parpol asalnya. (***)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Press
My Slideshow: Ferdinand’s trip to Palembang, Sumatra, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Palembang slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar