Pagaralam, SN
Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, pemerintah kota (Pemkot) Pagaralam, mulai melakukan pengembangan sektor perkebunan sawit di Kecamatan Dempo Selatan dengan luas lahan sekitar 1000 hektare. Demikian diungkapkan Wakil Walikota Pagaralam, dr Hj Ida Fitriati M Kes, Senin (2/4).
Diakuinya, potensi pengembangan kelapa sawit di Pagaralam secara besar-besaran sudah tidak mungkin, selain lahan sudah terbatas dan tidak semua daerah tersebut cocok di tanami sawit terutama di kawasan perbukitan dantebing curam.
"Memang ada sebagian warga mulai mencoba melakukan budidaya sektor perkebunan alternatif yaitu sawit dan karet, meski masih dalam tahap uji coba," ungkapnya.
Kalau untuk uji coba ada sekitar 150 hektare yang dilakukan petani setempat bukan perusahaan perkebunan. Ternyata hasilnya sudah cukup memuaskan terutama buah yang dihasilkan cukup baik.
"Baru sebagin kecil petani yang mencoba beralih profesi dari kopi kepada tanaman keras tersebut. Memang modal yang harus dikeluarkan cukup besar dan demikian juga dengan lahan yang harus disediakan," ungkapnya.
Ia mengatakan, kalau kopi dengan modal Rp3 juta sudah bisa tanam hingga mendapatkan hasil panen pertama, sedangkan sawit dan karet selain lahan harus luas biaya olah yang harus dikeluarkan juga cukup besar.
"Kalau untuk bibit saja kemungkinan petani harus mengeluarkan modal Rp12.000/batang sedangkan karet Rp7.000 dengan rata-rata antara 125 batang per hektare untuk sawit dan 425 batang untuk karet. Belum lagi biaya pengolahan seperti pupuk, racun rumput dan biaya pengolahan lainnya," ungkapnya.
Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kota Pagaralam, Ir Sarbani mengatakan ada beberapa daerah di Kota Pagaralam yang cukup potensial jika dikembangkan beberapa komuditi tanaman keras seperti karet dan sawit, selain kultur tanah dan suhu juga sudah lebih panas bila dibandingkan dengan daerah sekitar Gunung Dempo yaitu Kecamatan Dempo Utara, Pagaralam Selatan dan Pagaralam Utara.
"Pengembangan tanaman karet dan sawit sudah mulai dilakukan petani Pagaralam, namun masih cukup terbatas karena masyarakat lokal masih terbisa dengan tanaman turun menurut yaitu kopi," ungkapnya.
Katanya, sejak tahun 2010 lalu pemerintah sudah menyiapkan sekitar 500 hektare lahan untuk perkebunan karet di Kecamatan Dempo Tengah, sedangkan sawit di Dempo Selatan.
"Sudah cukup banyak petani Pagaralam beralih menanam alternatif lain seperti kakao, karet termasuk sawit, karna jika menggantungkan dengan kopi hasilnya tidak maksimal hanya setahun sekali, itupun kalau hasil panen baik," ungkapnya. (asn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar