Prabumulih, SN
Perbaikan jalan rusak dan berlubang yang ada di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, Kota Prabumulih, oleh sejumlah pengusaha angkutan batubara yang tergabung dalam Asosiasi Angkutan Batu Bara Lahat–Palembang (AABB), diduga asal–asalan dan tidak sesuai dengan peraturan.
"Pembangunan jalan itu yang harusnya andal dan prima serta berpihak kepada masyarakat, seperti yang tertuang dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan,” keluh Ketua Kosgoro Prabumulih H Ismet Nailis , Kamis (28/2).
Menurutnya Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Cambai ini, penilaian buruknya penyelenggaraan konstruksi pekerjaan perbaikan jalan yang dilaksanakan oleh gabungan pengusaha angkutan batubara Lahat – Palembang itu dapat dilihat dari standar teknis pekerjaan yang menggunakan perkerasan beton tanpa penyusunan perencanaan teknik terlebih dahulu. “Dan tidak memerhatikan manfaat serta standar pelayanan minimal jalan tersebut,” imbuhnya ,.
Seharusnya lagi, kata dia, kalau dilihat berdasarkan fundamental perkerasan beton itu mampu menanggung beban dari pejalan kaki hingga runway pesawat terbang 175 ton dan dapat bertahan sampai 5, 10, 20 hingga 50 tahun. “Disamping juga harus memerhatikan bagaimana perkerasan itu bereaksi terhadap beban dan lingkungan disekitarnya. Makanya itu bisa dilihat dari pekerjaannya mempunyai base atau tidak diatas subgrade perkerasan beton tersebut,” ujarnya
Sementara Ketua LSM Prabumulih Hadi menambahkan, perkerasan beton yang dilakukan pada beberapa titik lubang dan jalan rusak yang ada mulai dari jalan simpang Kelurahan Patih Galung, Kecamatan Prabumulih Barat sampai Desa Pangkul, Kecamatan Cambai, tidak akan bertahan lama karena tidak memerhatikan struktur teknis dan perencanaan yang baik. “Karena sifat beton itu sendiri bagian utama yang menanggung beban struktural/diatasnya,” sebut Hadi .
Hadi juga menyayangkan kondisi pelaksanaan pekerjaan perbaikan jalan tersebut yang selain asal–asalan juga tidak terencana dengan baik. “Lihatlah perbaikan yang mereka lakukan, melompat–lompat. Disini dibagusi, disitu tidak, serta maraknya pungli dadakan yang ada disekitar lokasi pekerjaan perbaikan tersebut,” sindirnya lagi.
Keluhan serupa juga dikatakan Ketua Pemuda Panca Marga (PPM) Trisseptember, warga Kecamatan Prabumulih Utara. Menurutnya, selain warga resah terhadap aksi pungli (pungutan liar) disekitar lokasi pekerjaan perbaikan Jalan Nasional Jenderal Sudirman belakangan ini, juga merasa dipermainkan oleh AABB tersebut.
“Sebab seharusnya pada pertengahan Januari 2012 kemarin perbaikan itu sudah dilaksanakan mereka tapi seperti sengaja diundur baru pertengahan bulan ini dikerjakan,” keluh pria yang akrab disapa Tris ini.
Dia menduga, selain sengaja mengulur–ulur waktu pekerjaan sehingga biaya upah dan material untuk pekerjaan perbaikan jalan tersebut dapat diminimal. Juga terkesan sembarangan dilaksanakan. “Sudah sembarangan pekerjaannya, juga lamban pelaksanaannya seperti sengaja mendekati akhir bulan ini. Sementara awal bulan Maret 2012 nanti, angkutan mereka sudah tidak boleh lewat lagi di jalan umum sesuai SK Gubernur Sumsel tentang pelarangan angkutan melintas di jalan umum, tanpa terkecuali.
Sebelumnya pada Kamis bulan kemarin, kesanggupan para pengusaha angkutan batubara Lahat–Palembang, untuk memerbaiki Jalan Jenderal Sudirman Kota Prabumulih yang rusak, setelah sejumlah ormas dan tokoh pemuda beberapa kali menggelar aksi demo menuntut Gubernur Sumsel, Ir H Alex Noerdin untuk menghentikan aktivitas angkutan batubara di jalan mereka. Bahkan terakhir, ratusan massa menuntut orang nomor 1 tersebut segera mundur dari kursi jabatannya jika tidak bisa memenuhi tuntutan massa tersebut.
Dalam pertemuan itu sejumlah pengusaha angkutan batu bara dihadapan ormas, Pemkot Prabumulih dan sejumlah pejabat Muspida lainnya, menyatakan kesanggupannya untuk segera memerbaiki Jalan Jenderal Sudirman yang rusak dan berlubang akibat aktivitas angkutan kendaraan batu bara milik mereka, satu minggu dari kesepakatan itu dibuat.
Namun pelaksanaan baru dilakukan Asosiasi Angkutan Batu Bara tersebut pada pertengahan bulan Februari ini. Terkait itu, salah satu perwakilan perusahaan angkutan batu bara atau anggota dari AABB, yakni PT Sriwijaya Sarana Prima (SSP), Antoni, membenarkan lambannya pelaksanaan pekerjaan perbaikan tersebut dikarenakan faktor perencanaan dan penyusunan anggarannya yang lama.
“Sebab saat kesepakatan itu dibuat hanya ada 4 perusahaan angkutan yang hadir sementara limanya lagi tidak hadir. Makanya kita perlu mengumpulkan mereka terlebih dahulu dan membahad rencana tersebut,” jawab Antoni.
Sementara menanggapi keluhan masyarakat, terhadap buruknya kualitas dan pelaksanaan pekerjaan perbaikan jalan tersebut diakui Kepala Operasional PT SSP ini, dikarenakan lemahnya pengawasan dilapangan. “Tidak ada pengawas di lapangan pak, jadi kita akui kurang mengetahuinya. Tapi terima kasih pak, informasinya,” terang Antoni.
Dia pun akan melaporkan hal tersebut ke pimpinan perusahaan dan Ketua AABB. Sementara itu, berdasarkan data dari Unit Satlantas Polres Prabumulih, tercatat dari total 27, 2 kilometer panjang jalan nasional yang melintasi Kota Prabumulih itu terdapat sekitar 23 titik jalan yang memiliki lubang besar cukup parah, yang harus diperbaiki para transportir batu bara tersebut.
“Dari 23 titik lubang besar itu, setelah dikalkulasikan tim kita dilapangan setidaknya harus membutuhkan sebanyak 20 unit dump truk berisi material, entah itu batu krokos atau apa tapi bagusnya langsung aspal jadi untuk memerbaikinya,” tegas Kapolres Prabumulih AKBP Yerry Oskag SIK, ketika ikut memberikan saran untuk rencana perbaikan Jalan Jenderal Sudirman, dalam rapat yang difasilitasi Pemerintah Kota Prabumulih tersebut. (and)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar