Sekayu, SN
Sejak dua bulan terakhir pasien demam berdarah dengue (DBD) dan gastro enteritis atau diare masih mendominasi ruangan rawat inap di RSUD Sekayu. Pasien rawat inap cukup membludak khususnya di sal anak.
Sejumlah tempat tidur di RSUD Sekayu sudah banyak terisi penuh, terutama sebulan lalu banyak penderita DBD dan diare namun berangsur-angsur berkurang. Bahkan komplek rumah sakitpun harus difogging atau pengasapan. Pasien yang ingin rawat inap terlebih dahulu harus memesan kamar karena tempat terbatas.
Berdasarkan data di RSUD, sejak bulan Desember hingga Januari dan pertengahan Februari jumlah penderita DBD hingga ratusan orang. Disusul penderita diare, maag akut, Febris dan typhus. “Untuk bulan Desember-Januari saja penderita DBD capai 76 kasus, diare 39 kasus, maag 30 kasus, Febris 27 kasus dan Typhus ada 25 kasus,” ungkap Petugas Rekam Medik, Irman Madani didampingi Humas RSUD Sekayu, Yetty Rabu (7/3).
Menurut Yetty, untuk ruang kelas III di ruang Sungkai dan Medang mayoritas diisi anak-anak. Umumnya penderita DBD dan diare. Sejak beberapa minggu terakhir selalu terisi penuh sampai keluar ruangan. Begitu juga untuk kamar kelas VIP sudah terisi penuh. “Namun kondisinya sudah mulai berkurang. Dan sempat di lingkungan di rumah sakit difogging,” ujarnya.
Sedangkan untuk pasien rawat jalan, jelas Yetty, penyakit inspeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih tergolong tinggi. Kemudian banyak juga pasien mengeluhkan penyakit jantung, diabetes mellitus, maaq dan TB Paru.
“Pihak rumah sakit juga telah mengantisipasi lonjakan pasien dengan menambah tempat tidur, alat infus dan peralatan medis lainnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Kabid Pencegahan, Pemberantasan, Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PPL) Dinkes Kabupaten Muba, Candra mengatakan lonjakan DBD terjadi hingga bulan Desember 2011, namun untuk Januari dan Februari tetap ada namun jumlahnya jauh menurun. Meskipun begitu, pihaknya mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga lingkungan masing-masing.
“Untuk kasus DBD kita selidiki dahulu dari mana tempat penularannya. Bisa saja dari tempat lain di luar Muba dan masuk ke Muba,” kata Candra.
Untuk masalah kesehatan masyarakat, jelas Candra, individu masyarakat dan keluarga harus turut menjaga. Sehingga masalah ini bukan saja tanggung jawab dinas kesehatan namun tanggung jawab bersama seperti menjaga kebersihan lingkungan.
Mengenai kasus diare, tambah Candra, dirasakan belum terjadi peningkatan signifikan. Dan umumnya, penderita diare terjadi pada musim kemarau. “Diare ini berkaitan dengan makanan dan minuman yang harus dijaga. Dan diharapkan jangan salah makan,” katanya.
Dia mengakui pola makan yang tidak teratur dan makan dan minum sembarang menjadi pemicu diare. Apalagi jelasnya, pada saat ini di wilayah Sekayu dan sekitarnya sedang musim buah, baik itu buah duku, rambutan, manggis dan lain sebagainya. Sehingga bila pola makan tidak diatur penyakitpun akan datang.
“Kita juga menyarankan agar air isi ulang tetap menjaga kualitas airnya untuk kesehatan. Dan melakukan pemeriksaan rutin ke dinas kesehatan,” pungkasnya. (her)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar